Selasa, 14 Januari 2014

Masih Bau Mulut, Meski Sudah Sikat Gigi. Kenapa ya?

Bau mulut masih juga tak kunjung hilang, meskipun sudah sikat gigi? Apa sebabnya? Dilansir Mamasource, berikut penyebab bau mulut tak kunjung hilang setelah sikat gigi:

1. Kondisi medis
Penyakit-penyakit seperti gigi rusak, infeksi pernafasan, pencernaan atau penyakit hormonal bisa menyebabkan bakteri berkembang lebih banyak dalam mulut. Konsultasikan dengan ahlinya untuk mengatasi bau tersebut.

2. Masih ada partikel makanan yang terselip di mulut
Itulah perlunya menyikat gigi dengan benar, karena sedikit saja sisa makanan yang tertinggal masih bisa bikin bau mulut. Mereka yang memakai gigi palsu berisiko lebih besar memiliki bau mulut akibat berkembangnya bakteri dari sisa makanan.

3. Bakteri masih menempel di lidah
Orang biasanya rajin sikat gigi tapi lupa membersihkan lidah. Padahal, bakteri yang ada di lidah bisa menumpuk dan berkembang juga. Biasakan membersihkan lidah ketika warnanya sudah mulai berubah, karena itu tanda adanya bakteri di mulut.

4. Air liur dalam mulut kurang
Dalam mulut terdapat air liur, dan tanpa produksi liur yang cukup, mulut akan menjadi bau. Alkohol, kafein, dehidrasi atau efek samping obat bisa menyebabkan air liur berkurang dan mulut menjadi kering. Minum air putih yang banyak atau kunyahlah permen karet untuk memicu produksi air liur. Hindari menggunakan obat kumur yang mengandung alkohol karena hanya akan menambah masalah.

5. Kurang konsumsi karbohidrat
Ketika tubuh kurang mendapat asupan karbohidrat, pembakaran dalam tubuh untuk menghasilkan energi digantikan oleh cadangan lemak yang disebut ketosis. Akibatnya, tubuh akan mengambil air lebih banyak dari bagian tubuh lainnya, termasuk air liur, dan itu menyebabkan mulut kering dan bau.

6. Perokok
Nikotin, tar, dan kandungan dalam rokok bisa membuat nafas tidak segar. Ketika merokok, kelembaban dalam mulut pun akan berkurang dan itu adalah gejala awal dari bau mulut. Selama masih punya kebiasaan merokok, mulut pun berisiko bau

7. Stres
Stres biasanya berhubungan dengan masalah pencernaan dan bisa mengganggu kehigienisan mulut dan saraf-saraf di sekitarnya. Berlatihlah saah satunya dengan mengambil nafas dalam-dalam, jalan-jalan bersama binatang piaraan atau ikutilah kelas senam untuk menghilangkan stres. Enjoy your life!

Penyebab Rusaknya Gigi

Berikut kami uraikan beberapa hal yang kadang tidak disadari bahwa ini dapat merusak gigi Anda:

1. Mengonsumsi terlalu banyak makanan asam
“Makanan yang mengandung asam juga bisa mengikis email gigi,” ujar Kakanantadilok. Ini menjadi masalah karena lapisan pelindung terluar dari gigi tersebut tidak pernah bisa kembali lagi. Jaringan saraf di bawahnya kehilangan lapisan pelindung, dan Anda mungkin akan mulai merasakan nyeri gigi saat mengalami kondisi dingin atau panas. Beberapa makanan asam dan penyebab erosi adalah minuman soda, jus jeruk, anggur, minuman energi, permen karet yang asam dan lemon. 

Jika Anda sulit menolak godaan makanan perusak gigi tersebut, setidaknya cobalah menetralisir kadar pH di mulut Anda dengan mengonsumsi air atau keju sebagai teman makanan yang asam tersebut, tutur Keel. Daripada langsung meminum minuman asam dengan mulut Anda, gunakanlah sedotan untuk membatasi kontak dengan gigi, ujar dokter gigi Richard H. Price, seorang penasihat konsumen American Dental Association.

2. Mengonsumsi makanan panas lalu minum air dingin
Ketika Anda menggigit sepotong pizza panas, Anda sedang melebarkan email gigi Anda. “Lalu Anda meminum soda dingin dalam jumlah besar, tidak dengan sedotan, dan apa yang Anda lakukan dapat menyebabkan kontraksi,” ujar Price. Hal itu bisa membuat apa yang disebut “garis tak beraturan” – sebuah garis retak vertikal dan setipis rambut di email gigi yang bisa menimbulkan noda dan kerusakan. “Hal itu serupa dengan apa yang akan terjadi pada piring keramik yang dibawa dari tempat panas ke tempat dingin, kata Price.  
“Gigi akan berkontraksi atau melebar seiring perubahan suhu,” ujar Casamassimo. “Saat hal itu terjadi, jika perilaku tersebut dilakukan terlalu cepat, bisa merusak.” 

3. Menyikat gigi terlalu keras
“Jika Anda menyikat gigi terlalu keras, Anda bisa mengikis email gigi dan menyebabkan sensitivitas bahkan resesi gusi,” kata dokter gigi Nuntiya Kakanantadilok, direktur divisi kedokteran gigi anak di Montefiore Medical Center, New York City. Belilah sikat dengan bulu yang lembut dan sikatlah dengan pola melingkar, bukan dari sisi ke sisi, ujarnya.   

4. Terlalu banyak menggunakan pemutih gigi
Memang wajar menginginkan gigi seputih mutiara. Lagi pula, kata Price, “Seiring bertambahnya usia, gigi semakin menghitam.” Namun jangan melakukannya secara berlebihan. “Pada dasarnya, Anda memaparkan gigi Anda ke asam yang sangat ringan,” ujar Kakanantadilok. “Memutihkan gigi secara berlebihan bisa melemahkan email gigi. Seiring berjalannya waktu, bahkan asam ringan bisa mengikis kandungan mineral dari gigi, menyebabkan email gigi menjadi keropos dan pada akhirnya hancur dan gigi menjadi lebih sensitif.”
Profesional ini mengatakan bahwa pemutih gigi tanpa resep biasanya lebih ringan dibanding sistem pemutih gigi dengan resep. Lagi pula siapa sih yang ingin gigi mereka terlihat putih seperti permen karet Chiclets? “Kami mencoba untuk mendidik masyarakat bahwa warna gigi yang ‘normal’ bukanlah putih tapi lebih berwarna putih gading,” ujar Paul Casamassimo, direktur Pediatric Oral Health Research and Policy Center for the American Academy of Pediatric Dentistry. 

5. Menggunakan gigi sebagai “alat bantu”
Banyak orang yang melakukannya tanpa sadar. “Gigi ditujukan untuk mengunyah makanan dan terlihat bagus saat Anda tersenyum, bukan untuk membuka bungkus permen atau menghancurkan es batu,” ujar dokter gigi Warren Brill, presiden American Academy of Pediatric Dentistry. 
Jika Anda menggunakan gigi Anda untuk membuka kaleng kornet, tutup botol, atau apa pun, perbuatan itu bisa menimbulkan keretakan mikro yang mungkin terlihat jelas selama bertahun-tahun, kata Kakanantadilok. Perilaku salah tersebut juga bisa menyebabkan gigi Anda patah atau ditambal karena berlubang. 

6. Menggunakan pasta gigi yang salah
Pilih salah satu pasta gigi yang tidak terlalu bersifat mengikis (abrasive). Tingkat FDA pasta gigi menggunakan skala “relative dentin abrasion” (RDA). Semua skala di atas 100 dianggap abrasive (mengikis), di atas 150 sangat abrasive, dan di atas 200 tidak direkomendasikan, kata Kakanantadilok. Sebagai referensi untuk Anda, ada pasta gigi seperti Colgate Total berskala 70, Colgate Baking Soda & Peroxide Whitening Toothpaste berskala 145, dan Arm & Hammer Dental Care PM berskala 168.         

Gunakan pastagigi dengan fluoride. Mineral tidak bisa mengembalikan email gigi, namun hal itu berperan penting dalam membuat gigi lebih kuat. “Ini seperti memakai jas pelindung hujan atau menyemir sepatu Anda,” kata Keels. 

7. Tidak menyikat dan membersihkan gigi secara cukup

Sebagian orang berpikir mereka telah merawat gigi mereka dengan tepat – sayangnya mereka keliru jika mereka tidak menyikat gigi selama dua menit sehari, dua kali sehari. Jika yang terjadi sebaliknya, dapat meningkatkan kemungkinan bahwa gigi Anda bakal berlubang, dan jika tidak ditangani bisa menyebar ke rahang dan menyebabkan infeksi. Jika Anda sedang bekerja dan tidak membawa sikat gigi Anda, solusi terbaik adalah tetap menyimpan sekotak dental floss (benang gigi) di saku atau laci Anda. “Yang paling penting adalah bersihkan gigi Anda,” kata Keels.(ac/wy)

Selasa, 08 Januari 2013

Gigi Ngilu




Hipersensitif dentin sebenarnya masalah pada gigi yang bukan berasal dari penyakit gigi, melainkan karena terbukanya dentin yang terletak di bawah enamel gigi sehingga gigi menjadi sensitif dan rentan. Sensitivitas ini bisa disebabkan sejumlah hal, seperti abrasi ketika menyikat gigi atau erosi yang menggerus enamel gigi.

"Dentin terdiri dari lubang-lubang kecil yang menuju bagian dalam gigi yang berisi saraf. Bila dentin terbuka, maka rangsangan pada bagian dentin itu mudah menyebabkan rasa ngilu yang tajam dan sesaat," papar Dr.How Kim Chuan, pakar kesehatan gigi dari Malaysia

Keluhan gigi sensitif bisa dialami siapa saja, namun 52 persen pasien gigi sensitif tidak melakukan perawatan maupun konsultasi terhadap gejala gigi sensitif. Bahkan 75 persen pasien tidak melakukan perawatan sederhana di rumah untuk mengatasi keluhannya.

"Kebanyakan pasien salah persepsi dan menganggap keluhan ini tidak berbahaya dan tidak serius," kata drg.Ariandes Veddytarro, GSK Dental Detailing Specialist.

Padahal, keluhan gigi sensitif bisa berpengaruh pada kesehatan gigi secara keseluruhan. "Karena gigi terasa ngilu, penyikatan pun tidak maksimal sehingga plak bisa tumbuh dengan cepat dan menimbulkan kerusakan gigi," kata Ariandes.

Menurut How sebenarnya perawatan sederhana seperti memakai pasta gigi khusus gigi sensitif sudah cukup untuk mengatasi keluhan ngilu dan nyeri pada gigi.

"Karena penyebabnya adalah pergerakan cairan di dalam dentin, maka lubang-lubang dentin perlu ditutup. Penutupan ini juga untuk menghambat respon ujung-ujung saraf sehingga rangsangan tidak diteruskan ke otak," katanya.

Perawatan dengan pasta gigi khusus, menurut How termasuk dalam perawatan minimal invasif, selain sederhana juga tidak perlu mengeluarkan biaya banyak namun memberikan hasil yang efektif.

"Hasil studi klinis menunjukkan lapisan sumbatan dentin yang terbentuk berkat bahan aktif desensitizing agents yakni strontium asetat terbukti meredakan rasa sakit pada gigi sensitif sampai 46 persen," paparnya.

Sementara itu perawatan gigi yang sensitif yang permenen bisa dengan menggunakan tambalan gigi untuk menutup tubulus dentin, sampai melakukan bedah gusi. Namun menurut How hal ini tidak terlalu direkomendasikan, karena konsep terapi kedokteran saat ini adalah menganut minimal invasif.

Memiliki gigi yang putih dan bersih tentu akan meningkatkan rasa percaya diri. Tak heran jika pemutih gigi termasuk dalam produk kosmetik yang paling laris di Amerika menurut survei American Academy of Cosmetic Dentistry tahun 2011.


Klinik Dokter Gigi
Jl. Raya margasatwa no.2 Pondok Labu, Jakarta Selatan
Telp. 021 2881 1551
SMS. 0838 9405 9600 (layanan sms 24jam)


Jumat, 04 Januari 2013

TARIF DOKTER GIGI


1.         Konsultasi; Free - Rp 30.000  

2.         Konservasi                  
            a.Tambal sementara;  Rp 80.000   
            b.Dycel+ TS; Rp 70.000        
            c.Tambal GIC; Rp 100.000     
            d. Basis + GIC; Rp 120.000    
            e.Tambal Laser; Rp 150.000 - Rp 230.000     
            f. Inlay / onlay; Rp 900.000   
            g.Perawatan saluran akar; Rp 80.000, pervisit semua akar
            h.Pengisian saluran akar; Rp 80.000 - Rp 100.000, semua akar
                                   
3.         Periodontal                 
            a.Scalling RA+RB klas 1         Rp 120.000 -  Rp150.000       
            b.Scalling RA+RB klas 2         Rp 160.000 - Rp180.000        
            c.Scalling RA+RB klas 3         Rp 180.000 - Rp200.000        
                                   
4.         Bedah Mulut               
            a.Pencabutan gigi tetap/dewasa            ; Rp100.000 - Rp 120.000     
            b.Pencabutan komplikasi; Rp150.000 - Rp200.000    
            c.Odontektomi;  Rp800.000 - Rp1juta, tergantung kasusnya
            d.Buka jahitan; Rp70.000, semua jahitan
                                   
5.         Pedodonsia (Gigi Anak)                      
            a.Pencabutan gigi sulung; (Rp 70.000, CE) (Rp 80.000,infil, cytoject)
            b.Tambal GIC; Rp 80.000 (gigi sulung)
            c.Tambal basis+GIC; Rp 100.000 (gigi sulung)
            d.Tambal sinar; Rp 150.000 - Rp200.000 (gigi sulung)
            e.PSA pervisit; Rp 70.000
                                   
6.         Prostodonsia (Gigi Tiruan)                  
            a.Cekat                      
                - Jaket; Rp 900.000 (metal porcelain)
                - Bridge; Rp 900.000 (per gigi)
            b.GTS            
                -Akrilik  -Gigi pertama; Rp350.000  -Gigi selanjutnya; Rp100.000  
                -Valplast, Gigi pertama; Rp900.000 -Gigi selanjutnya; Rp250.000 
            c.Cetak; Rp50.000     
                                   
7.         Orthodonsia (Kawat Gigi);  Rp 4,5 - 5 Juta (Tergantung Kasus)  
            a.Cetak; Rp70.000
            b.Biaya kontrol; Rp70.000 per visit,1 bln sekali

Keterangan:
*Setiap kunjungan di kenakan biaya administrasi sebesar  Rp5.000,-
*Tarif berlaku 2013, dapat berubah (harap update di bagian pendaftaran)
*Telp. 021 2881 1551
*SMS Center. 0838 9405 9600 (Layanan sms 24 Jam)
*e-Mail. brilian.denta@gmail.com

Alamat Praktek :
Jl. Raya Margasatwa no. 2 perempatan DDN
(samping Pegadaian DDN) Pondok Labu, Jakarta Selatan.


Kamis, 13 Desember 2012

Pelarangan Tukang Gigi Demi Kesehatan Masyarakat


SEMARANG, suaramerdeka.com Pada 24 Maret 2012. Praktik tukang gigi yang melebihi kewenangan membuat Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Provinsi Jawa Tengah resah. Pasalnya dampak kesehatan yang ditimbulkan lebih mahal dari biaya yang dikeluarkan untuk merawat gigi di tukang gigi. Ketua Umum PDGI Jateng, Drg Farichah Hanum, M Kes, mengatakan tukang gigi sesuai Permenkes No 339/1998 kewenangannya membuat gigi tiruan lepasan dari akrilik sebagian atau penuh dan memasang gigi tiruan lepasan. Namun pada praktiknya banyak dijumpai tukang gigi ikut menata gigi melalui pemasangan kawat gigi atau behel. "Padahal tukang gigi tidak mempunyai kompetensi dan standar profesi memasang kawat gigi," katanya, Sabtu (24/3).

Ranah pemasangan kawat gigi merupakan bidang spesialis, sehingga dokter gigi umum sekalipun belum tentu dapat melakukan. Tren behel, katanya, membuat peran tukang gigi melampaui batas. Namun masyarakat yang membutuhkan juga banyak untuk pasang kawat gigi dengan harga terjangkau, sehingga terjadi pertemuan konsumen dan produsen. "Kawat gigi adalah contoh sederhana praktik yang dilakukan tukang gigi dan diminati masyarakat karena biaya murah," ujarnya.

Biaya yang dikeluarkan di bawah Rp 1 juta, lebih kecil dari biaya di dokter gigi spesialis yang mencapai Rp 6-8 juta. Namun dampak yang ditimbulkan justru lebih mahal dari biaya yang dibayar ketika memasang kawat gigi pada ahlinya. "Dampaknya infeksi pada gigi, karena kurangnya perawatan dan steril," ujarnya.

Minat yang besar di masyarakat selain karena persoalan biaya, juga karena terbawa oleh tren kesehatan yang menipu. Penataan gigi agar rapi dan teratur dengan kawat gigi dipandang sebagian kalangan muda sebagai tren busana. Sudut pandang keliru, kata Hanum, karena justru menimbulkan penyakit yang sulit ditangani.

Bahaya lain adalah abses (nanah) pada gigi yang ditimbulkan akibat pemasangan gigi tiruan lepasan tanpa dilakukan pencabutan sisa akar terlebih dahulu. Seharunya pemasangan gigi tiruan didahului dengan persiapan pra pemasangan, sehingga tidak berdampak negatif.

PDGI mendukung adanya implementasi Permenkes No187/ 2011 tentang Pencabutan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 339/1989 yang diberlakukan mulai April 2012. "Semua demi kesehatan masyarakat, bukan persoalan lahan pekerjaan. Karena jika masyarakat tidak diedukasi untuk memilih perawatan gigi yang baik, masyarakat sendiri yang rugi nanti," ujarnya.


Klinik Dokter Gigi
Jl. Raya margasatwa no.2 Pondok Labu, Jakarta Selatan
Telp. 021 2881 1551
SMS. 0838 9405 9600 (layanan sms 24jam)

Tukang Gigi dan Resiko Infeksi

Bramirus Mikail | Asep Candra

KOMPAS.com - Di sebuah ruangan yang tak begitu besar dengan peralatan seadanya, Putera hampir setiap hari menangani pasien yang datang ke tempatnya dengan masalah gigi. Pria berusia 30 tahun itu mengklaim dirinya sebagai seorang ahli gigi. Ia sudah menekuni profesinya sejak tahun 2004 dan membuka praktek di kawasan Jakarta Timur.

Putera menuturkan, keahliannya itu ia peroleh saat mengikuti kursus yang diajarkan oleh seorang tekniker gigi pada 2001 silam di Mojokerto. Tekniker, tutur dia, adalah rekan dari dokter gigi yang biasa membuat gigi palsu, serta segala hal yang berkaitan dengan kesehatan gigi.

Pasien yang ditangani Putera tak terhitung lagi banyaknya. Namun dari keseluruhan pasien yang datang, kebanyakan adalah para orang tua dengan usia sudah cukup lanjut. Mereka biasanya datang untuk dibuatkan gigi palsu. "Ya, paling sering sih kakek-kakek yang datang," imbuhnya.

Putera cukup sadar kalau pekerjaan yang dilakukannya itu bukannya tanpa risiko kesehatan. Dalam menangani setiap pasien, ia mengaku selalu melakukannya dengan sangat hati-hati. Menurut Putera, ada beberapa hal yang tidak bisa ditangani oleh ahli gigi di antaranya, tambal, cabut gigi, dan memberisihkan karang gigi. Bahkan untuk memasang gigi palsu, putera pun mengaku tidak sembarang memasangnya.

"Kalo masang gigi palsu juga lihat kondisi gigi pasiennya. Masalahnya, ahli gigi tidak bertindak sembarangan, karena dasar-dasarnya sudah ada," jelasnya.

Selama bertahun-tahun menggeluti profesinya, Putera mengaku tidak pernah ada masalah dengan pelangannya. "Alhamdullilah selama ini nggak ada yang komplain," tambah pria satu anak ini.

Saat disinggung soal ijin praktek gigi yang telah dijalaninya, Putera mengatakan kalau tempat prakteknya sudah mendapat izin dari ASTAGIRI (Asossiasi Tukang Gigi Mandiri). Menurut Putera setiap sebulan sekali, para ahli gigi biasanya kerap mengadakan pertemuan. Salah satu yang menjadi isi kesepakatan dalam pertemuan itu adalah, para ahli gigi disarankan untuk tidak mencabut, dan tambal.

Lalu, bagaimana dengan pemasangan bracket atau kawat gigi? Apakah seorang ahli gigi boleh melakukan pemasangan kawat gigi? Putera sendiri sampai saat ini mengaku belum pernah melakukannya. Dia beralasan, kalau pemasangan behel adalah tugas seorang dokter gigi dan bukan wewenangnya.

Di tempat berbeda, Wahyu yang juga berprofesi sebagai ahli gigi justru mengaku telh terbiasa memasang kawat gigi. Pasien yang datang pun bervariasi, mulai dari hanya iseng-iseng sampai yang memang bermasalah dengan giginya.

Tarif yang biasa dikenakan Wahyu untuk pemasangan behel bervariasi antara dari Rp 1,5 sampai Rp 2,5 juta. Khusus untuk gigi atas saja, Wahyu mematok harga Rp 800 ribu. Harga ini tentunya jauh lebih murah ketimbang seseorang ke dokter spesialis gigi.

Wahyu mengklaim, prinsip kerja yang dilakukannya dengan dokter gigi tidak jauh berbeda. Bahkan dia berani menjamin gigi bisa menjadi rapih asalkan rutin kontrol. "Pasang behel, kalau di dokter sama di sini sama saja. Hasilnya pasti sama," tegasnya.

Tapi, ada satu hal yang membedakan ahli gigi dan dokter gigi. "Bedanya kalau di dokter, pasti ada gigi yang dicabut, kalau kita nggak," tambahnya.

Untuk kontrol pasca pemasangan behel, Wahyu biasanya meminta pasien untuk datang minimal sebulan sekali. Untuk sekali datang kontrol, seorang pasien dikenakan biaya Rp 50 ribu. Sedangkan untuk biaya membersihkan bracket, dan mengganti karet yang lepas, harga yang dipatok relatif sama.

Merry, salah satu pengguna jasa ahli gigi mengatakan, kalau biaya pemasangan behel jauh lebih murah di ahli gigi ketimbang harus ke dokter. Dia pun tak merasa khawatir kalau terjadi sesuatu yang salah pada giginya. "Kalau bisa cari yang murah lebih bagus, kenapa nggak?" ujarnya.


PERLU DITINDAK

Menanggapi maraknya praktik tukang gigi, Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) drg. Zaura Rini Matram menuntut pengawasan dan tindakan yang lebih tegas dari pemerintah terhadap profesi tukang gigi yang bertindak di luar batas kewenangan.

Pemerintah telah mengatur batasan praktik tukang gigi sebagai bagian dari pelayanan kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 339 tahun 1989 tentang kewenangan pekerjaan tukang gigi.

Dalam salah satu pasalnya tertulis bahwa tukang gigi dalam melakukan pekerjaannya diberikan wewenang dalam hal membuat gigi tiruan lepasan dari karilik sebagian atau penuh dan memasang gigi tiruan lepasan.

"Ke depannya, PDGI menganjurkan tukang gigi harus di hapus dan di hilangkan dari masyarakat. Masyarakat harus tahu, ada batasan-batasan yang tidak boleh dilakukan tukang gigi," ujar Rini.

PDGI beralasan, pelayanan tukang gigi yang ada saat ini tidak didasarkan pada pemahaman dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran gigi.

"Membutuhkan pendidikan yang lama, karena kita bekerja pada jaringan yang hidup, yang berkaitan dengan kesehatan seluruh tubuh," jelasnya.

RESIKO INFEKSI

Ia menambahkan, pemasangan kawat gigi yang saat ini marak di lakukan tukang gigi juga sangat ditentang PDGI. Jika hal ini dilakukan oleh pihak yang tidak berkompeten, maka bisa membawa efek samping yang lebih parah pada pasien.

Efek itu mulai dari infeksi ringan pada gusi sampai ke jaringan yang lebih dalam pada tulang yang menyebabkan pembengkakan. Selain itu, ada risiko jaringan yang tumbuh tidak normal, arahnya dapat berakibat pada keganasan.

Bukan hanya itu, penanganan yang tidak tepat juga bisa berakibat pada penyakit infeksi lainnya. Misalnya pada ibu hamil bisa berakibat kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat badan yang rendah.

"Tukang gigi sangat merugikan masyarakat, PDGI minta agar peraturan ini dilaksanakan dan ditegakkan. Untuk masalah kesehatan masyarakat, PDGI tidak mau kompromi," pungkasnya


Klinik Dokter Gigi
Jl. Raya margasatwa no.2 Pondok Labu, Jakarta Selatan
Telp. 021 2881 1551
SMS. 0838 9405 9600 (layanan sms 24jam)

Selasa, 05 Juni 2012

Menangani Keluhan Gigi

gambar sekedar ilustrasi
Ada berbagai mitos tentang penanganan keluhan gigi di masyarakat. Misalnya semua pasta gigi dengan pemutih aman digunakan. Padahal banyak pasta gigi dengan pemutih yang bekerja memutihkan gigi dengan mengikis dan merusak lapisan email sehingga gigi tampak kusam dan mudah berlubang. Ada juga yang beranggapan bahwa menyikat gigi setiap hari bisa mencegah gigi berlubang; Ini belum tentu benar, karena sumber semua masalah gigi termasuk gigi yang mudah berlubang adalah gigi keropos. Sikat gigi yang tepat, cukup sesudah sarapan dan sebelum tidur malam. Tidak perlu terlalu sering.
Menjalankan perawatan gigi yang tepat adalah penting, karena gusi dan gigi merupakan bagian tubuh yang terlihat pertama kali saat berhadapan dengan orang lain. Senyuman yang indah yang dipancarkan melalui gigi yang rapi, sehat, putih dan bersih terbukti mampu menyempurnakan penampilan seseorang dengan instan.
Selain menarik, kepercayaann diri akan bertambah bahkan akan membuat Anda mendapat pekerjaan idaman ataupun pasangan hidup. Kondisi gigi yang baik juga mencerminkan tubuh yang sehat secara keseluruhan, termasuk kondisi fisik secara umum serta kemampuan untuk mengunyah dan berbicara.
Banyaknya produk perawatan gigi yang menampilkan keunggulan masing-masing tentu membuat para konsumen bingung memilihnya. Mulai dari sikat gigi, pasta gigi, dental flos, mouth wash, dan lain-lain  yang kesemuanya menawarkan manfaat sendiri-sendiri.
Bagi yang memerlukan kebutuhan paling mendasar saja, yaitu perlindungan gigi membutuhkan solusi yang menyeluruh, tidak cukup hanya dengan standard-care seperti menyikat gigi, namun perlu dilengkapi dengan rangkaian lain, seperti mouthwash. Dalam memilih rangkaian perawatan tersebut juga harus diperhatikan beberapa hal; misalnya apakah bentuk sikat giginya sudah tepat, pasta giginya mengandung zat-zat yang efektif untuk melindungi gigi, mouthwash yang baik dan lain-lain.
Jika kebutuhan dasar perawatan gigi saja membutuhkan hal-hal demikian, terlebih bagi Anda yang membutuhkan perawatan khusus, misalnya untuk gigi sensitif, gigi sensitif memerlukan pasta gigi yang mengandung potassium nitrate, tea tree oil, clovemint, dan fluoride. Pemilihan sikat gigi pun juga berbeda, pilihlah sikat gigi dengan batang yang lentur kepala sikat lebih kecil, dan bulu ekstra lembut.
Keperluan mouth wash pilihlah yang tanpa alkohol, dan terbukti dapat mengurangi rasa ngilu. Mouth wash beralkohol akan membuat gigi kering, dan email gigi bertambah tipis sehingga mudah keropos.



brilian.denta@gmail.com
Ph. 021 2881 1551
SMS. 0838 9405 9600